Pada kali ini penulis akan membagikan artikel mengenai pengertian tunanetra yang diuraikan oleh 7 ahli pendidikan khusus. Tunanetra sendiri merupakan seseorang yang mengalami hambatan pada sensori penglihatan yang berdampak pada kemampuan aktivitasnya sehingga membutuhkan layanan dan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya.
Lebih jelas pengertian menurut berbagai ahli selengkapnya sebagai berikut:
1. Hallahan, P. Daniel & Kauffman, M. James (2009: 380), menjelaskan bahwa tunanetra buta merupakan orang yang mempunyai ketajaman melihat 20/200, maksudnya penyandang hanya dapat melihat objek pada jarak 20 kaki atau 6 m, sementara orang umumnya mampu melihat dengan jarak 200 kaki atau 60 m. atau kurang dari, mata yang lebih baik dengan dikoreksi, atau seseorang yang memiliki lapang pandang sangat sempit, jarak paling lebar berdiameter tidak lebih dari 20 derajat.
2. T. Sutjihati Somantri, (2006: 65) mengungkapkan tunanetra merupakan individu yang indra penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas.
3. Sari Rudiyati (2002: 25) menjelaskan anak tunanetra adalah anak yang karena dampak sesuatu hal dria penglihatan mengalami luka atau kerusakan, baik struktural ataupun fungsional, sehingga kondisi penglihatannya tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
4. Ardhi (2013: 21), menyatakan bahwa seseorang dikatakan tunanetra bila dalam pembelajaran ia memerlukan atau membutuhkan alat alat maupun metode khusus atau dengan teknik- teknik tertentu sehingga dapat belajar tanpa penglihatan atau penglihatan terbatas.
5. Hardman dalam Anastasia Widdjajanti & Imanuel Hitipiew (2007: 5), menjelaskan tunanetra adalah seorang anak yang tidak dapat menggunakan penglihatannya oleh sebab itu ia bergantung pada indera lainnya seperti pendengaran ataupun perabaan.
6. Barraga dalam (Purwaka, 2005: 38) menguraikan bahwa orang dengan hambatan penglihatan adalah seseorang yang mengalami cacat penglihatan sehingga menggangu dalam belajar dan pencapaian belajar secara optimal sehingga diperlukan berbagai penyesuaian dalam proses pembelajarannya.
7. Munawir Yusuf, (1996: 21), Istilah tunanetra / buta, menggambarkan kondisi dimana penglihatan tidak dapat diandalkan lagi meskipun dengan alat bantu sehingga tergantung pada fungsi indra-indra yang lain. Dampak penglihatan kurang sehingga mempunyai kesulitan dengan tugas-tugas utama yang menuntut fungsi penglihatan tetapi dapat berfungsi dengan alat bantu khusus namun tetap terbatas.
Daftar Pustaka:
Ardhi Widjaya. (2013). Seluk Beluk ATN. Yogyakarta: Java Litera.
Anastasia Widdjajanti & Imanuel Hitipiew. (2007). Ortopedagogik Tunanetra I.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Daniel, Hallahan P. & Kauffman, M. James. (2009). Exceptional Learners An Introduction to Special Education. United States of America: Pearson.
Munawir Yusuf. (1996). Pendidikan Tunanetra Dewasa dan Pembinaan Karir. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Purwaka Hadi. (2005). Kemandirian Tunanetra Orientasi Akademik dan Orientasi Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Sari Rudiyati. (2002). Pendidikan ATN. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
T. Sutjihati Somantri. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.