Pada kali ini penulis membagikan salah satu contoh dokumen asesmen pembinaan artikulasi yang dimulai dari melihat kemampuan anak untuk selanjutnya dikembangkan kemampuan artikulasi yang masih lemah ataupun kurang, semoga bermanfaat.
A. IDENTITAS SUBJEK
Identitas Anak
Nama : NX
Tempat dan tanggal lahir/umur : Yogyakarta,
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama :
Status anak : Anak Kandung
Anak ke dari jumlah saudara : Pertama dari satu bersaudara
Nama sekolah : SLB X
Kelas : I SDLB
Alamat : Jl Kusumanegara Km
HASIL ASSESMEN
1. Kondisi Riwayat Kelahiran
Pada riwayat kehamilan ketika ibu putra mengandung tidak nampak ada tanda-tanda dan penyakit tertentu, sehingga dapat dikatakan bahwa riwayat kehamilan dan kelahiran berjalan dengan normal.
2. Kondisi Bicara dan Bahasa
Pada aspek tersebut anak mengalami keterlambatan. Anak belum dapat menunjuk dan menyebut gambar yang diberikan, mengetahui kegiatan dari hewan, mengerti kata sifat, bicara semua dimengerti dan mengerti kata depan. Kemampuan memahami perintah untuk menujuk semua anggota tubuh juga belum bisa.
Pada kemampuan bicara ( bahasa Ekspresif) anak sudah mampu menjawab pertanyaan waktu pengucapan dan kejelasan kata belum optimal menuru ucapan kata belum optimal meniru ucapan kata juga belum optimal.
3. Kondisi Perkembangan Emosi
Ketika dilakukan pemeriksaan Psikeatri menunjukkan keadaan emosi Putra tidak stabilil, mudah marah, membangkang, rewel dan takut hal baru belum menunjukkan adanya gangguan psikeatri. Anak yang menyandang down sindrome mengarahkan pada kondisi atau kemampuan yang lambat dalam mengelola emosi dan kemampuan lainnya.
4. Kondisi Perkembangan Sosial
Ketika dilakukan pengamatan menunjukkan anak mudah bergaul dan menyesuaikan diri dengan orang yang baru dikenal, ada kontak mata, sudah dapat merangkai kalimat dengan dua kata, dapat mengisyaratkan keinginan dan merespon perintah, konsentrasi agak kurang.
5. Kondisi Perkembangan Sensoris
- Visual
Kemampuan visual anak sudah berkembang dengan baik, anak dapat mengetahui alat-alat tulis serta sudah mampu menyapa teman sesuai namanya.
- Auditori
Pada kemempuan auditori anak dapat merespon ketika dipanggil temannya dan dapat mencari tahu sumber bunyi berasal, selain itu ia juga sering menyapa teman.
- Perabaan
Seperti anak pada umumnya ia dapat membedakan benda yang kasar, sangat kasar, halus, lembut.
- Penciuman
Anak dapat mencium bau yang busuk, wangi, dll, seperti anak normal lainnya.
- Pencercapan
Anak dapat membedakan rasa pahit, manis, gurih, asin, dll, makanan yang sangat ia sukai adalah sosis dan bakso
6. Kondisi Perkembangan Motorik
Pada motorik kasar (yang berkaitan dengan otot-otot besar seperti tangan dan kaki) dan adaptif motorik halus ( koordinasi jari jemari tangan masih termasuk diduga ada keterlambatan. Anak belum bisa meniru garis vertikal dan bentuk lingkaran, menggoyangkan ibu jari, meronce, melompat, melempar bola terarah, berdiri satu kaki. Otot di daerah punggung masih lemah dan jalan masih tidak seimbang.
7. Kemampuan Memori
Seperti anak tunagrahita pada umumnya, putra mempunyai memmori dengan rentan ingatan yang pendek, hal tersebut karena kemampuan kognitif atau intelegensinya terbatas.
8. Kondisi Organ Artikulasi
Setelah dilakukan pengamatan atau observasi organ artikulasi pada anak, didapatkan hasil sebagai berikut :
- Bibir atas dan bibir bawah normal, tidak mengalami kelainan organ.
- Gigi pada bagian bawah mengalami gingsul
- Lidah cenderung agak lebih pendek
- Lengkung kaki gigi normal, tidak mengalami kelainan organ.
- Langit-langit keras dan langit-langit lembut normal, tidak mengalami kelainan organ.
- Daun lidah dan pangkal lidah normal, tidak mengalami kelainan organ.
9. Hasil Assesmen Kesalahan Artikulasi
Berdasarkan tes artikulasi yang telah observer lakukan, secara umum anak yang bernama Putra mengalami kesalahan artikulasi konsonan gigi, konsonan bibir gigi, dan konsonan langit-langit. Penjelasan lebih rinci pada keterangan diatas antara lain:
- Konsonan gigi mengalami omisi pada huruf ‘l’ (-l) di depan, di tengah, dan di belakang.
- Konsonan gigi mengalami omisi pada huruf ‘t’ (-t) di belakang.
- Konsonan gigi mengalami substitusi pada huruf ‘r’ menjadi huruf ‘l’ (r/l) di depan, tengah, dan belakang.
- Konsonan bibir gigi mengalami substitusi huruf ‘v’ menjadi ‘P’ (v/p) di depan, tengah, dan belakang.
- Konsonan langit langit mengalami omisi pada huruf ‘ng’ (-ng) di belakang.
10. Identifikasi Faktor Penyebab Kesalahan Artikulasi
Putra mengalami banyak kesalahan artikulasi karena ketunaan yang disandangnya, sehingga membuat ia mengalami keterlambatan dalam penguasaan bahasa.
B. PERENCANAAN PEMBINAAN ARTIKULASI
1. Rencana Perbaikan
Berdasarkan hasil asesmen artikulasi yang telah kami lakukan, Adit mengalami banyak kesalahan artikulasi. Setiap kelompok konsonan berdasarkan organ artikulasi memiliki kesalahan. Kesalahan yang sering dilakukan yaitu berupa omisi dan substitusi.
Berdasarkan data dan pertimbangan-pertimbangan, perbaikan yang akan dilakukan yaitu difokuskan pada konsonan gigi ‘l’ , yaitu pada:
- Konsonan /l/ di depan,
- Konsonan /l/ di tengah,
- Konsonan /l/ di belakang,
2. Dasar Artikulasi untuk Pengucapan
Dasar ucapan konsonan geseran huruf ‘l’ menurut ( Sardjono, 2005: 186), adalah sebagai berikut:
- Dasar ucapan fonem /l/ : Ujung lidah dan lengkungannya.
- Pembentukan:
- Ujung lidah mengenai kaki gigi atas
- Lidah tidak tegang, langit-langit lembut terangkat
- Udara melalui pinggir kiri kanan lidah
- Antara geraham dan pinggir lidah membentiuk celah, pita suara bergetar hingga bersuara.
3. Metode
Menurut (Dwi Siswoyo, 2011: 142), Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam rencana perbaikan artikulasi ini penulis menggunakan metode perbaikan artikulasi yaitu Metode Babling. Metode babling dikembangkan oleh Avandino, langkah pertama adalah penguasaan suku kata tunggal dalam kelompok fonem, misalnya ( iiii-bu, iii-kan, bbbb-eo, dll.
4. Media
media adalah semua saluran pesan yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dari seseorang kepada orang lain yang tidak ada dihadapannya, Media yang digunakan dalam proses pembinaan artikulasiyaitu laptop dan gambar benda tertentu.
5. Alat
Alat merupakan segala sesuatu yang langsung membantu terwujudnya pencapaian tujuan tertentu, dalam hal ini pelatihan perbaikan artikulasi, (Dwi siswoyo, 2011: 146). Adapun alat yang diperlukan dalam pembinaan artikulasi antara lain:
- Cermin = untuk memudahkan guru dan anak untuk latihan artikulasi dengan sudut pandang yang sama.
- Permen = untuk memberi stimulant dalam pelemasan lidah
- Lilin = untuk membantu dalam pelatihan nafas
- Balon plastik = untuk latihan pernafasan
6. Jadwal Pembinaan Artikulasi
Selasa, 29 April 2014
Selasa, 13 Mei 2014
Sabtu, 15 Mei 2014
7. Latihan Perenggangan Organ Bicara
Latihan Organ Pergerakan Lidah
- Guru memposisikan anak tepat disebelahnya dan sama – sama menghadap ke cermin agar anak juga bisa melihat apa yang dicontohkan guru dengan sudut pandang yang sama. Selain memudahkan anak dalam mengikuti pergerakan yang dilakukan guru, posisi ini juga memudahkan guru dalam memperhatikan serta mengevaluasi pergerakan yang diberikan anak.
- Guru menjulurkan lidahnya lurus keluar masuk mulut, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan. Guru memancing agar lidah anak mau keluar dengan permen. Hal ini digunakan agar anak lebih tertarik untuk mengikuti hal yang dilakukan guru.
- Guru menjulurkan lidahnya ke atas bibir dan ke bawah bibirnya, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan.
- Guru membuka mulutnya lebar-lebar dan dengan lidahnya menyusuri lengkung gigi atas juga lengkung gigi bawah, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan.
Latihan Pergerakan Bibir
- Guru memposisikan anak tepat disebelahnya dan sama – sama menghadap ke cermin agar anak juga bisa melihat apa yang dicontohkan guru dengan sudut pandang yang sama. Selain memudahkan anak dalam mengikuti pergerakan yang dilakukan guru, posisi ini juga memudahkan guru dalam memperhatikan serta mengevaluasi pergerakan yang diberikan anak.
- Guru menarik otot bibir ke depan dan ke samping secara bergantian, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan.
- Guru membuka dan menutup bibir dengan gigi merapat, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan.
- Guru memasukan bibir dengan mulut terbuka juga dengan mulut tertutup, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan.
- Guru menguncupkan bibir dan menggerakan ujungnya, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan.
Latihan Pergerakan Velum
- Guru memposisikan anak tepat disebelahnya dan sama – sama menghadap ke cermin agar anak juga bisa melihat apa yang dicontohkan guru dengan sudut pandang yang sama. Selain memudahkan anak dalam mengikuti pergerakan yang dilakukan guru, posisi ini juga memudahkan guru dalam memperhatikan serta mengevaluasi pergerakan yang diberikan anak.
- Guru menahan nafas dalam mulut sampai pipinya mengembung, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan.
- Guru menghisap udara dengan mulut sampai pipinya mengempis ke dalam, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan.
- Guru menarik nafas dan menyimpannya dalam mulut sampai mulut mengembung, lalu meletupkan udara keluar dengan bunyi “pah” atau “bah”, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan.
Latihan Pergerakan Rahang
- Guru memposisikan anak tepat disebelahnya dan sama – sama menghadap ke cermin agar anak juga bisa melihat apa yang dicontohkan guru dengan sudut pandang yang sama. Selain memudahkan anak dalam mengikuti pergerakan yang dilakukan guru, posisi ini juga memudahkan guru dalam memperhatikan serta mengevaluasi pergerakan yang diberikan anak.
- Guru membuka dan menutup mulut dengan gerakan yang lancar dan tepat, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan.
- Guru menggerakan rahang ke kiri dan ke kanan, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan.
- Guru memutar rahang, kemudian meminta pada anak untuk mengikuti pergerakannya sambil memperhatikan dan membenarkan gerakan anak bila terdapat kesalahan.
Latihan Pernafasan
- Guru memposisikan anak tepat didepannya agar memudahkan guru dalam memperhatikan serta mengevaluasi pergerakan yang diberikan anak
- Guru membuat suasana serileks mungkin agar anak juga merasa nyaman.
- Guru meminta anak untuk menarik dan mengeluarkan nafas, hal ini dilakukan secara berulang-ulang kurang lebih 1 menit.
- Anak diminta untuk meniup lilin dari jarak kurang lebih 30 cm dari hadapannya sampai lilin tersebut mati. Meniup lilin ini dilakukan sebanyak 5 kali.
- Latihan pernafasan berikutnya, guru meminta anak agar anak meniup balon hingga balon plastik tersebut menggelembung besar.
Latihan Pembentukan Vokal
Setelah dilakukan tahap latihan pernafasan, tahapan berikutnya adalah latihan pembentukan vokal dengan mengucapkan A-I-U-E-O. Hal ini sekaligus sebagai sarana pemanasan bagi anak sebelum menginjak tahapan perbaikan artikulasi. Detail tahapan kegiatan tersebut antara lain:
- Guru menunjukkan gambar pengucapan yang benar untuk vokal A-I-U-E-O
- Selanjutnya guru menyiapkan cermin dan menempatkan anak bersama guru di depan cermin untuk melihan pengucapan yang benar, serta anak juga dilatih untuk mengucapkan huruf vokal dengan benar. Apabila anak salah diharapkan guru langsung memperbaiki secepat mungkin.
C. PELAKSANAAN PEMBINAAN
Dalam perbaikan kesalahan artikulasi ini, guru menggunakan media gambar yang ditampilkan lewat laptop menggunakan metode babling.. Gambar yang ditampilkan menggunakan laptop akan lebih menarik perhatian anak.
Sebelum melatih hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu dasar cara melatih menurut (Sardjono, 2005: 186) :
Secara visual
- Ajak anak untuk mengamati posisi lidah dan bibir pada saat mengucapkan “ lampu” pada cermin berikan anak kesempatan untuk berlatih menggetarkan sebanyak-banyaknya.
- Ajaklah anak meraba.
La la la la la la la laaaaaaaaa lala lala lala lala
Li li li li li li li li liiiiiiiiiiiiiii lili lili lili lili
Lu lu lu lu lu lu lu luuuuuuu lulu lulu lulu
Le le le le le le le leeeeeee lele lele lele
Lo lo lo lo lo lo lo looooooo lolo lolo lolo
Secara Auditoris
- Gunakan suara yang lebih keras atau speech trainer, ABM.
- Ajaklah anak untuk mengamati ada tidaknya suara sambil meramban
- Bila sudah bereaksi adanya bunyi, tutuplah mulut guru lalu ucapkan kata, dan anak menirunya.
- Biarkan anak berlatih keras.
Secara Haptik
- Ajaklah anak merasakan aliran udara pada telapak tangan atau ujung jarinya.
- Getaran dapat dirasakan pada leher, bawalah meramban.
Selanjutnya dilanjutkan kegiatan pelatihan inti:
Untuk perbaikan –L ( Depan )
Guru menampilkan gambar lampu dan anak diminta untuk menyebutkan gambar tersebut. Guru mencontohkan terlebih dahulu kemudian anak mengikuti.
- lllllaaaaammmmppppuuu
- lllllaaammppuu
- lllampu
- lampu
Guru menampilkan gambar yang kedua yang bertujuan untuk memperbaiki konsonan ‘l’ depan hal ini untuk mengetahui apakah anak sudah mampu atau belum. Gambar kedua adalah ‘lampion’.
- Llllaaaaammmmpppppiiiioooonn
- Lllaaammmpppiiiooonn
- Llllaampion
- Lllampion
Guru meminta anak untuk menirukan kalimat yang diucapkan guru
- Lampu rumah
- Lampu rumah menyala
- Lampion merah
- Lampion merah muda
Untuk perbaikan L ( Tengah )
- Guru menampilkan gambar bola dan anak diminta untuk menyebutkan gambar tersebut. Guru mencontohkan terlebih dahulu kemudian anak mengikuti.
- bbbbbboooooollllaaaa
- bbbooollllllaaa
- Bola
- Gambar kedua
- Gggeeellllllaaasss
- Ggeelllaass
- gelas
- Guru meminta anak untuk menirukan kalimat yang diucapkan guru
- Bola hijau – Bola warna hijau
- Gelas kaca – Gelas kaca merah
Untuk perbaikan L ( Belakang )
- Guru menampilkan gambar motor dan anak diminta untuk menyebutkan gambar tersebut. Guru mencontohkan terlebih dahulu kemudian anak mengikuti.
- sssssaaaaannnndddddaaaaallllllllllll
- Sssssaaannnddaalllll
- Sandal
- Gambar kedua
- Kkkkkkkaaaaaapppppaaaaalllllll
- Kkkkkaaaapppppaaalllll
- Kapal
- Guru meminta murid agar menirukan kalimat
- Sandal jepit – Sandal jepit hijau
- Kapal layar – Kapal layar besar
RENCANA EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi penulis menggunakan teknik skor yaitu dengan pengumpulan banyak nilai . berikut ini adalah format tabel evaluasi:
Aspek Vokal
Vokal | Keterangan | Skor |
A | ||
I | ||
U | ||
E | ||
O |
Aspek Konsonan
Konsonan | Keterangan | Skor |
B | ||
C | ||
D | ||
F | ||
G | ||
H | ||
J | ||
K | ||
L | ||
M | ||
N | ||
P | ||
Q | ||
R | ||
S | ||
T | ||
V | ||
W | ||
X | ||
Y | ||
Z | ||
NG | ||
NY |
Keterangan:
- Dalam mengisi kolom keterangan dibagi menjadi 5
- Bisa tanpa bantuan = skor 5
- Bisa dengan bantuan = skor 4
- Mengucapkan hampir benar = skor 3
- Mengucapkan tapi salah = skor 2
- Tidak berbunyi = skor 1
- Setelah pada semua kolom skor sdah terisi nilai, maka ditotal jumlah seluruhnya, sepakin besar skor, maka penguasaan artikulasi besar, tetapi sebaliknya apabilajumlah skor sedikit, maka dilakukan lathan artikulasi kurang berhasil, maka perlu adanya pembinaan artikulasi kembali.
Tindak Lanjut
Dalam pembinaan artikulasi tersebut memfokuskan pada latihan yang dilakukan secara berkala agar kesalahan artikulasi pada anak semakin berkurang dan dapat menguasai seluruh konsonan.
DAFTAR PUSTAKA
Mumpuniarti. 2007. Pembelajaran Akademik Bagi Tunagrahita. Yogyakarta: FIP UNY
Dwi Siswoyo dkk. 2011. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Rochyadi, Endang. 2005. Pengembangan Pembelajaran Individual bagi ATG. Jakarta: Dikti
Sardjono. 2005. Terapi Wicara. Jakarta: Dirjen Dikti