Sejak lahir manusia telah memiliki potensi kognitif, secara kualitas berbeda antara individu satu dengan yang lainnya. Piaget mengemukakan (Tin Suharmini, 2009: 27) dua bagian pokok dalam proses kognitif yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi terdiri dari struktur dan fungsi. Struktur kognitif akan berubah sejalan dengan perkembangan yang ada pada anak.
Struktur kognitif dasar sering disebut skema. Menurut piaget (Tin Suharmini, 2009: 27) skema adalah potensi umum yang ada pada seseorang, untuk melakukan suatu kelompok perilaku tertentu. Skema pada bayi terlihat pada gerakan refleks, yang berupa bawaan (herediter). Skema yang lain seperti kemampuan meraih obyek, merangkak, menangkap dan sebagainya.
Skema dapat dibagi menjadi 2 (Tin Suharmini, 2009: 27) yaitu: 1) overt behavior (perilaku yang nampak, seperti memegang sesuatu), dan 2) covert behavior (perilaku yang tidak tampak, seperti berfikir). Aspek kedua dari organisasi adalah fungsi. Organisasi sebagai fungsi yaitu untuk mengorganisasikan pesan yang telah diterima menjadi lebih runtut.
Proses kognitif selanjutnya adalah adaptasi. Adaptasi (Tin Suharmini, 2009: 27) adalah penyesuaian antara stimulus yang diterima dengan struktur kognitif yang dimiliki. Adaptasi dibagi menjadi (Tin Suharmini, 2009: 27) 2 yaitu, asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi apabila pesan yang diterima sesuai degan struktur kognitif yang dimiliki. Akomodasi terjadi apabila pesan yang diterima itu tidak sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki, pesan yang diterima masih baru. Tomas menjelaskan ada 4 faktor yang menentukan perkembangan kognitif (Tin Suharmini, 2009: 28) anak, yaitu: 1) pembawaan (herediter) atau internal maturation, 2) pengalaman fisik dengan dunianya, 3) pendidikan, dan 4) kseseimbangan.
Pendidikan yang dimaksudkan bukan hanya aspek intelektual namun juga dipengaruhi berbagai aspek baik pembawaan, pengalaman fisik dan sebagainya. Pendidikan merupakan transfer sosial sehingga memiliki pemikiran yang bulat dapat mengaitkan variabel satu dengan yang lain secara koheren.
Perkembangan kognitif bersifat tahapan. Urutan tahapan berlaku secara universal tetapi batasan waktunya berbeda-beda tergantung pada budaya masing-masing.
Piaget (Tin Suharmini, 2009: 29) membagi perkembangan kognitif menjadi beberapa tahap yaitu:
- Tahap Sensori-Motorik (0 – 2 tahun)
Perkembangan kognitif anak meliputi kegiatan motorik dan persepsi. Aktivitas anak meliputi refleks bawaan, mencari stimulus dan memperhatikan. Pada tahap ini, anak berhubungan langsung dengan lingkungan menggunakan refleks bawaan.
- Tahap Pre-Operasional (2 – 7/8 tahun)
Pada tahap ini dibagi menjadi dua yaitu: pre-operasional (2 – 4 tahun), dan tahap intuitif (4 – 7/8 tahun). Anak sudah mampu menggunakan bahasa sederhana dalam mengembangkan konsep, meskipun pengertian tentang konsep masih kurang sempurna. Pada tahap intuitif anak mampu mengungkapkan isi hatinya.
- Tahap Operasional Kongkrit (7 – 11 tahun)
Anak mulai menggunakan pikirannya untuk menghadapi pengalaman secara langsung. Serta mampu mengkalsifikasi, melakukan penjumlahan, pengurangan dengan benda kongkrit.
- Tahap Operasional Formal (11/12 – 18 tahun)
Ciri khas dari perkembangan tahap ini adalah berpikir abstrak. Penalaran anak mulai berkembang dengan baik sehingga anak mulai memecahkan masalah yang dihadapinya.
Daftar Pustaka
Tin, Suharmini. 2009. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa Publiser