Daftar isi: [Hide]
Kekhawatiran akan tumbuh kembang anak yang menderita cerebral palsy memang lumrah terjadi pada orang tua. Penyakit yang mengakibatkan kelainan pada gerakan serta postur anak dan mempengaruhi tonus otot ini merupakan akibat dari kerusakan otak. Kerusakan ini terjadi saat otak masih belum berkembang sempurna pra kelahiran.
Akhir-akhir ini, banyak bermunculan ide tentang terapi okupasi untuk cerebral palsy. Lalu, apakah terapi okupasi untuk cerebral palsy ini benar-benar memberikan manfaat pada anak?
Pelajari Cerebral Palsy Lebih Dalam
Penderita cerebral palsy akan menunjukkan tanda-tanda yang dapat diidentifikasi dengan mudah. Tanda-tanda tersebut adalah
- Aktivitas anak dilakukan dengan menggunakan salah satu sisi tubuh saja. Biasanya, anak akan meraih atau mengambil barang dengan satu tangan, atau berjalan dan merangkak dengan menggerakkan satu kaki atau tungkai saja.
- Duduk, merangkak, berdiri sangat lambat. Hal ini disebabkan karena kemampuan motorik lambat.
- Kesulitan dalam melakukan gerakan secara tepat, seperti mengambil benda dengan tidak erat atau justru sulit meraih benda.
- Mengalami gangguan panca indera terutama penglihatan dan juga pendengaran.
- Kesulitan berjalan dengan cara berjalan yang menyilang, atau melebar.
- Otot tidak berfungsi, bisa lunglai atau sangat kaku.
- Gangguan dalam berbicara atau berbicara tidak lancar
- Gangguan pada daya pikir atau kecerdasan
- Kulit tidak memberi respon pada rasa sakit atau sentuhan sekalipun
- Sering mengalami tremor, gerakan tidak terkontrol lainnya.
Pada anak yang berusia lima tahun ke atas, mereka masih mengompol karena mengalami kesulitan dalam menahan kencing. Mereka juga masih sering mengeluarkan air liur, dan mengalami kesulitan menelan. Pada beberapa kasus, mereka juga mengalami kejang.
Penyebab Utama
Sindrom cerebral palsy merupakan salah satu pemicu cacat pada anak. Sindrom ini terlihat saat anak sudah berusia kurang lebih dua hingga tiga tahun, yakni saat anak normal sudah mulai belajar jalan. Kesulitan berjalan dan melakukan aktivitas dengan benar merupakan imbas dari cedera otak.
Sedangkan cedera otak merupakan masalah yang muncul karena proses kehamilan yang kurang sehat seperti ibu yang mengalami malnutrisi atau mengkonsumsi makanan yang memicu lambatnya proses pertumbuhan organ. Cedera otak juga dapat muncul karena proses kelahiran yang mungkin tidak sesuai prosedur seperti prematur atau sang ibu mengalami anemia.
Namun, sindrom ini juga menyerang bayi sehat yang ternyata pada proses pertumbuhannya mengalami meningitis, atau cedera kepala.
Baca Juga: Berbagai terapi untuk anak berkebutuhan khusus
Terapi Okupasi untuk Cerebral Palsy
Terapi okupasi saat ini sedang populer dimana terapi ini merupakan perawatan khusus yang sebenarnya melibatkan kegiatan sehari-hari, namun dilakukan secara rutin. Perawatan untuk anak penderita cerebral palsy adalah dengan mengupayakan mereka untuk melakukan kegiatan yang rutin seperti mandi dan berpakaian, juga makan sendiri.
Selain itu, mereka dapat melakukan latihan fisik sesuai yang disarankan dokter dan dapat menggunakan alat bantu. Latihan fisik dapat berupa olahraga ringan, dan juga merespon sentuhan dan suara, sehingga semua indera dapat bekerja maksimal.
Bagi anak yang sudah berusia diatas 6 tahun, mereka dapat belajar calistung dan juga diajak bersosialisasi. Dengan demikian, mereka dapat melakukan kegiatan secara maksimal karena melibatkan orang lain di sekitar mereka. Bentuk terapi okupasi untuk cerebral palsy ini dapat memaksimalkan mereka untuk berbicara.
Bentuk terapi berikutnya adalah terapi hidro dimana penderita cerebral palsy dapat melatih tangan dan kaki untuk bergerak meskipun tidak terlalu kuat. Pendampingan orang tua sekaligus konsultasi ke dokter tetap harus menjadi prioritas utama.